Antoni Clianto - Segala puji bagi Allah yang saat ini masih memberikan banyak nikmat terutama iman dan islam serta kesehatan ditengah mewabahnya virus COVID-19. Hari ini karena adanya virus yang sedang mewabah di negeri tercinta, saya jadi terhalang untuk melaksanakan sholat Jum'at berjamaah di Mesjid.
Sedih rasanya, tapi saya juga sadar banyak dosa. Harus diperhatikan bahwa terhalangnya kita semua dari perbuatan baik dan jalan Allah pasti ada kesalahan dan dosa yang merata.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Tidaklah nampak perbuatan keji (zina) di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.” [HR. Ibnu Majah, lihat ash-Shahihah no. 106]
Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Wabah
Ada sebagian orang yang sangat cuek bahkan rela untuk bersenang-senang dalam kondisi yag kurang stabil ini. Pemerintah meliburkan anak-anak sekolah dan menutup tempat-tempat wisata agar tidak menyebar virus Corona dengan cepat. Ada sebagian yang memanfaatkan kesempatan ini untuk liburan dan jalan-jalan bersama keluarga. DI MANA AKAL KALIAN?Ada juga golongan yang sangat pasrah dengan takdir dan sok paling siap jika harus mati. Sampai fatwa MUI direndahkan. Mereka bilang "kalau sudah waktunya mati, akan mati juga" tapi saat kondisi saat ini kurang tepat. Mereka yang berkata, seperti sudah memiliki amal sholeh yang begitu banyak. Padahal sholat saja tidak berjamaah dan banyak bolongnya.
Apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi wabah virus yang mematikan ini? yuk baca dulu kisah sahabat Nabi yang telah mendapatkan jaminan surga yaitu Umar Bin Khattab:
Ketika Umar pergi ke Syam, setelah sampai di Saragh, pimpinan tentara datang menyambutnya. Antara lain terdapat Abu Ubaidah bin Jarrah dan para sahabat yang lain. Mereka mengabarkan kepada Umar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam.
Ibnu Abbas berkata; ‘Umar berkata; ‘Panggil ke sini para pendahulu dari orang-orang Muhajirin! ‘Maka kupanggil mereka, lalu Umar bermusyawarah dengan mereka. Kata Umar; ‘Wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Bagaimana pendapat kalian? ‘ Mereka berbeda pendapat. Sebagian mengatakan kepada Umar; ‘Anda telah keluar untuk suatu urusan penting. Karena itu kami berpendapat, tidak selayaknya Anda akan pulang begitu saja.
’Sebagian lain mengatakan; ‘Anda datang membawa rombongan besar yang di sana terdapat para sahabat Rasulullah Saw. Kami tidak sependapat jika Anda menghadapkan mereka kepada wabah penyakit ini.’ Umar berkata: ‘Pergilah kalian dari sini! ‘ Kemudian ‘Umar berkata lagi: ‘Panggil ke sini orang-orang Anshar! ‘Maka aku memanggil mereka, lalu Umar bermusyawarah dengan mereka. Ternyata kebijaksanaan mereka sama dengan orang-orang Muhajirin. Mereka berbeda pendapat seperti orang-orang Muhajirin. Maka kata Umar; ‘Pergilah kalian dari sini!
‘Kata Umar selanjutnya; ‘Panggil ke sini pemimpin-pemimpin Quraisy yang hijrah sebelum penaklukan Makkah!’ Maka aku (Ibnu Abbas) memanggil mereka.Ternyata mereka semuanya sependapat, tidak ada perbedaan. Kata mereka; ‘Kami berpendapat, sebaiknya Anda pulang saja kembali bersama rombongan Anda dan jangan menghadapkan mereka kepada wabah ini. Lalu Umar menyerukan kepada rombongannya.
“Besok pagi-pagi aku akan kembali pulang. Karena itu bersiap-siaplah kalian!”Kemudian Abu ‘Ubaidah bin Jarrah bertanya; “Apakah kita hendak lari dari takdir Allah?” Umar menjawab: ‘Mengapa kamu bertanya demikian hai Abu ‘Ubaidah?Agaknya Umar tidak mau berdebat dengannya. Beliau menjawab: “Ya, kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah.
Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus. Bukanlah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur, engkau menggembala dengan takdir Allah juga, dan jika engkau menggembala di tempat tandus engkau menggembala dengan takdir Allah?”Di tengah perbincangan Umar dengan Abu Ubaidah tiba-tiba datang sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin ‘Auf yang belum hadir karena suatu urusan. Lalu dia berkata: “Aku mengerti masalah ini.
Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.”Mendengar itu, akhirya Umar mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu beliau pergi.
Di dalam Hadis Ma’mar ada tambahan Umar berkata: “Bukankah jika kamu menggembalakan unta di tempat yang tandus dengan meninggalkan tempat yang subur berarti kamu telah membuatnya lemah?”Ketika itu Abu Ubaidah menjawab: “Ya.” Kemudian Umar berkata: maka berangkatlah! Maka Abu Ubaidah berangkat hingga sampai di Madinah, lalu dia berkata: “Insyaallah ini adalah tempat tinggal.” (Shahih Muslim No. 4114).Mulai dari sekarang, kita harus bertobat kepada Allah dan banyak berdoa agar wabah virus terutama COVID-19 hilang dari muka bumi khususnya di Indonesia. Semoga para pembaca semua dalam lindungan Allah dan sehat selalu. Jangan lupa untuk terus memperbanyak sholawat Nabi.
0 komentar:
Post a Comment
DILARANG MEMBERIKAN LINK HIDUP DI BADAN KOMENTAR