Dalam cerita ini adalah tentang seorang komunis dan seorang ulama. Seorang komunis itu berpendapat bahwa langit dan bumi terjadi dengan sendirinya tanpa ada penciptanya. Sedangkan seorang ulama mempunyai pendapat yaitu langit dan bumi ini terjadi karena ada penciptanya, tidak dapat terjadi dengan sendirinya.
Komunis : anda telah ingkar janji, mengapa telat sampai ke tempat ini? Saya lebih baik pulang saja.Ulama : tunggu tuan, jangan marah dulu. Saya akan menjelaskan semuanya kenapa saya telat sampai kesini.Komunis : baiklah, apa alasan anda telat sampai sini?Ulama : Pada saat saya hendak datang ketempat ini terjadi hujan yang sangat besar. Sehingga sungai yang biasanya dapat dilewati, sekarang banjir dan harus menggunakan perahu. Saya menunggu sungai itu sampai surut airnya. Karena itu adalah salah satu jalan penghubung ke tempat ini.Komunis : apakah anda menggunakan perahu bisa sampai ke tempat ini? Sedangkan hujan masih sering terjadi. Mustahil apabila sungai itu kering begitu cepat.Ulama : bukan tuan, saat saya mencari alternatif untuk menyebrang sungai terjadilah peristiwa di luar daya pikir manusia. Ada suatu pohon yang sangat besar tumbang dan memotong-motong dengan sendirinya. Merakit-rakit potongan demi potongan dan menyatu satu dan lainnya. Sehingga jadilah sebuah jembatan yang sangat panjang. Saat itu saya pergunakaan jembatan itu untuk menyebrang. Begitulah cerita singkatnya tuan.
Komunis : tuan ini pembohong besar. Tidak mungkin pohon besar itu menjadi jembatan dengan sendirinya.Ulama : kenapa ? Bukannya anda yang pembohong. Dengan pendapat anda yang menyatakan bahwa langit dan bumi ini jadi dengan sendirinya.